Wednesday, April 19, 2017

Tentang Pilkada DKI Jakarta

Sebelum baca tulisan ini, lo pasti mikir, "Ini anak belom boleh nyoblos kok sok-sokan bahas politik."

Iya, gue cuma remaja umur 14 tahun yang bentar lagi mau menghadapi ujian nasional. But wait, gue rasa kita sebagai anak remaja harus belajar soal politik supaya tau apa aja yang terjadi di negeri kita ini karena politik adalah sarana untuk membangun dan memperbaiki bangsa ini. Dan sebelum gue menginjak umur 17 tahun dan kemungkinan ikut nyoblos di Pemilu Presiden 2019, ada baiknya gue belajar untuk berpolitik.



Menurut gue, kita, rakyat Indonesia suka kurang peduli soal Politik. Contohnya, waktu pemilihan caleg. Gue yakin jarang banget ada orang yang tau tentang perjalanan karir/track record si orang yang dia coblos, abisnya males merhatiin, apalagi ngecek. Ya asal nyoblos aja. Kayaknya pemilu caleg sama pemilu presiden/kepala daerah harus disamain deh stratanya wkwk. Biar ga nganggep remeh pemilu caleg gitu.

Kembali ke judul tulisan ini, Pilkada DKI Jakarta. Pemilihan kepala daerah rasa pemilihan presiden. Yang milih warga Jakarta, yang heboh satu Indonesia. Debatnya disiarin di TV nasional, eh pas hari pemilihan yang libur cuma warga Jakarta. Belum lagi kehebohan karena ada salah satu calon yang dibilang menistakan agama, ada calon yang menggaet dukungan dari ormas radikal. Ini pilkada paling gokil yang pernah gue tau sih.

Bahkan, gue sama temen gue sempet debat soal pilkada ini padahal kami belum bisa nyoblos. Tapi itulah demokrasi, setiap warga negara bebas berpendapat tapi tetap dilandasi dengan tanggung jawab. Sampe-sampe, temen gue ada yang ikut demo yang dibilang "aksi damai" itu. Gila, fanatik abis. 

Untuk pilkada putaran kedua ini, kita tinggal punya dua calon. Pasangan nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat melawan pasangan nomor urut 3, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno. Disaat gue menulis postingan ini, paslon nomor 3 menang telak berdasarkan quick count dari berbagai lembaga survei terpercaya.

Pilkada kali ini lebih gokil daripada Pilpres 2014. Kedua kubu saling nyerang, kubu paslon 2 nyerang dengan kekuatan buzzer-nya di dunia maya sementara kubu paslon 3 nyerang dengan dalih penistaan agama. Goks. Gue kalo lagi mantengin twitter suka seru sendiri gara-gara itu.

Katanya paslon 2 realistis, paslon 3 kebanyakan gagasan. Katanya paslon 3 mempersatukan, paslon 2 memecah belah. Katanya paslon 2 rencana kerjanya mantap, sedangkan paslon 3 gagasannya cenderung diluar nalar. Belum lagi berbagai katanya katanya katanya.

Soal debat, seru abis. Apalagi waktu salah satu paslon ngomongin program kerja dan sebagainya, paslon satu lagi malah nyerang pribadi paslon lain. Mungkin debat pilkada seharusnya engga diadain lagi kali ya. Sekarang gini, kita tau yang menang debat siapa, tapi liat yang kepilih siapa. Realitanya begitu.

Satu hal lagi, mungkin kita sebagai bangsa Indonesia harus memisahkan politik dari agama. Karena politik itu murni soal pemerintahan, bukan soal hubungan seseorang sama Yang Maha Kuasa.

Semoga pihak yang menang nggak sombong dan pihak yang kalah bisa menerima dengan lapang dada  karena sekarang, Jakarta punya gubernur baru. Gue harap setelah pilkada ini selesai, setelah kita melepas atribut pendukung paslon, kita kembali jadi warga Jakarta, kembali bersatu. Tugas kita sekarang tinggal menagih janji kampanye dan mengawal pemerintahan. Kalau udah mulai keluar jalur, ya bilangin, jangan diem aja, karena kita semua pengen Jakarta maju.

Udah itu aja, abis capek nulis ini. Sekian bacotan tentang politik oleh seorang remaja berumur 14 tahun yang bentar lagi mau menghadapi ujian nasional. Terimakasih sudah membaca. Have a good day!



2 comments:

  1. Menurut gua paslon no 3 banyak program yang ga terlalu masuk akal

    1. Ngealihin subsidi bensin transjakarta ke angkot
    Like wtf ini angkot yang bikin macet jakarta dan kota kota lain, ngetem sana sini dipinggir jalan sampe ada di trotoar

    2. Dp nol rupiah
    katanya 1 juta warga jakarta blom punya rumah kalo misal harga rumah 400 juta terus DP biasanya 20 persen an berarti 80juta x 1 juta warga = 80 trilliun dan apbd jakarta tahun lalu kalo gasalah 67-69trilliun an plus itu 1 juta yang buat rumah tanah nya cukup?
    Padahal rusun udah bagus, yang mau dapet tempat tinggal yang layak cuna harus kerja aja yang ga kerja gausah.

    3. Hentikan penggusuran
    MAN BRO LU COBA AJA YA RUMAH DIPINGGIR KALI / TANGGUL GA DIGUSUR MALAH BKIN WILAYAHNYA RAWAN BANJIR PLUS NGEBAHAYAIN PEMILIK RUMAH NYA. Oh iya katanya bukan penggusuran ya cuma "penataan"(dibaca gusur)

    4. Kalo gasalah pernah juga bilang bakal ngambil dari program paslon 1, 1 rt 1milyar duit nya darimana sih yalord

    tapi ya liat aja nanti 5 tahun kayak gimana semoga bisa yang terbaik deh godbless

    ReplyDelete