Halo, semuanya. Satu tahun lebih nggak nulis di blog ini ternyata bikin kangen juga hehe. Semoga masih ada yang baca post-post gue di blog ini deh, Amin. Sekarang cerita aja kali ya. Gue mau merefleksikan diri selama setahun ke belakang, waktu dimana gue nggak pernah lagi nulis di blog ini. Tulisan ini akan gue bagi dalam beberapa bagian dan akan dipublikasikan secara berkala.
Mari kita mulai dengan peristiwa pertama, alias waktu terpilihnya gue menjadi Wakil Ketua Rohani Kristen periode 2018/2019.
Awalnya emang nggak pernah ada niatan mau jadi salah satu pimpinan Rohkris, tapi yang jelas gue mau bikin Rohkris lebih baik lagi bagaimanapun caranya. Pertengahan 2018, angkatan gue disuruh ngajuin 2 nama buat jadi calon ketua Rohkris, ya intinya akhirnya angkatan gue ngasih nama gue dan temen gue satu lagi.
Gue agak bimbang disini, di satu sisi sebenernya mau jadi ketua Rohkris dengan segala privilege-nya dan bisa ngerasain posisi "yang berkuasa" tapi di sisi lain juga takut makin sibuk dan nantinya malah jam belajar gue yang terganggu. Pergumulan emang, tapi gue gumuli ini bareng-bareng sama Tuhan. Disini bagian refleksi dirinya. Gue akhirnya paham bahwa sangat egois bagi gue untuk menargetkan diri menjadi ketua Rohkris hanya karena mau berada di posisi atas dan bisa "memerintah", seakan-akan Rohkris harus berjalan sesuai kehendak dan perintah gue nantinya. In the end, beberapa hari sebelum pemungutan suara, gue udah nggak mikirin menang atau kalah dan ngebiarin Tuhan bekerja dengan rencana-Nya.
Gue sama temen gue ini udah semacam bikin perjanjian gitu, agak lucu kan. Isinya adalah bahwa siapapun yang menang, kami adalah satu paket dan Rohkris harus bereformasi dibawah pimpinan kami. Meneruskan apa yang baik, dan mengoreksi serta memperbaiki apa yang buruk dari periode sebelumnya. Cukup ambisius memang, tapi kami yakin kami bisa.
Jumat, 31 Agustus 2018. Pemungutan suara dilakukan. Hasilnya? Gue kalah, sehingga gue otomatis menjadi Wakil Ketua Rohkris. No hard feeling saat itu, gue bener-bener seneng dan bangga temen gue menang. Gue rasa dia emang lebih mampu buat mimpin persekutuan ini dibanding gue, hehe.
Tentang perjanjian kami sebelum pemungutan suara? Tenang, masih kami jalani dan gumuli hingga saat ini dengan berbagai macam rintangan yang ada dan datang silih berganti. Kami masih tetap yakin bahwa Tuhan ingin membentuk kami menjadi pribadi yang lebih baik lewat segala tugas dan tanggung jawab yang harus kami pikul dan jalani. Susah? Emang. Ribet? Jelas. Menghabiskan banyak waktu? Sangat. Tapi kalau mau liat pelangi paling indah, emang harus nungguin lamanya hujan deras dengan badai petir yang kencang kan?
Peristiwa kedua, Ketua Natal SMA 2018. Ada di post selanjutnya, selamat menunggu.
No comments:
Post a Comment